Kodok Manjat Menara



SIAPAKAH yang konsisten bisa mencapai tujuan-tujuannya? Tidak banyak yang bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Ketika seseorang menetapkan tujuan tertulis, sama sekali tidak ada persoalan. Ingin menjadi menteri, menjadi dokter, menjadi penulis hebat, menjadi presiden sekalipun. Goresan tinta menari di atas kertas. Jadilah Personal Goal Setting.

Apakah yakin bisa tercapai tujuan-tujuan tadi? Bisa ya, bisa juga tidak. Mengapa? Tantangan akan muncul ketika memulai menjalankan tujuan tadi. Bisa jadi teman kita tidak percaya, keluarga tidak mendukung, istri tidak support, waktu terasa sempit, dll. Tidak sedikit yang awalnya menggebu-gebu mencapai suatu tujuan akhirnya kandas di tengah jalan gara-gara teman kita mengatakan tidak mungkin tujuan itu bisa tercapai. Bisakah tujuan-tujuan kita tercapai?

Saya teringat dengan sebuah cerita yang sangat inspiratif. Di suatu negeri kodok ada kontest memanjat menara. Tidak kurang dari 50 kodok mengikutinya. Ribuan penonton yang juga kodok berteriak ada yang mensupport dan tidak sedikit yang meledek dengan cacian, makian. Di mana-mana suporter memang lebih pandai dari pemain. Coba saja pergi ke pertandingan sepak bola, kata-kata bodoh, (maaf) goblok, dll dengan mudah keluar dari mulutnya.

Demikian halnya dalam kontes kodok manjat menara tadi. Seorang suporter berteriak dengan lantang.

"Kodok mana mungkin bisa naik menara. Berhenti saja tidak usah diteruskan. Jangan sok jago lah."

Provokator tadi terus menerus meneriakkan kata-katanya. Satu per satu kodok yang mendengar ejekan tadi mulai sadar diri dan introspeksi. Dengan kata lain mereka menjadi terpengaruh dan berhenti dari pertandingan tersebut.

"Mungkin iya ya... teriakan penonton itu benar. Saya tidak mungkin naik ke menara yang tinggi ini. Kayanya saya harus mengakhiri pertandingan yang tidak mungkin ini."

Hampir semua kodok terpengaruh. Satu per satu turun dengan badan yang lunglai dan muka mereka terlihat seperti pecundang. Tinggal satu kodok yang melanjutkan kompetisi. Sampai akhirnya dia sampai ke puncak menara. Semua takjub dan mulai bertanya-tanya. Punya apa dia si kodok yang besarnya tidak jauh beda dengan kodok-kodok yang lain. Apakah dia memiliki kesaktian dan ilmu yang tinggi.

Manager kodok yang kebetulan ada di antara penonton hanya bilang, "Kodok itu tidak memiliki ilmu apa-apa Bahkan dia itu tuli, tidak bisa mendengar apa-apa, termasuk suara riuh ejekan yang dilontarkan penonton."

Pantas saja kalau dia sampai puncak, dia tetap semangat mencapai tujuan dan tidak terpengaruh oleh ejekan orang sekitar. Demikian halnya di dunia ini, tidak semua kata-kata teman, sahabat bahkan keluarga kita dengarkan dan telan mentah-mentah. Bisa jadi tujuan kita tidak tercapai dengan maksimal karena kita tidak memiliki keberanian untuk berbeda, untuk terus mencapai cita-cita sampai tercapai. Kadang kita harus pura-pura tuli dengan ejekan dan ledekan teman kita yang bisa mematahkan semangat.

Coba kita melakukan evaluasi, apakah yang terjadi selama ini kita memprogram diri kita untuk mencapai apa yang kita inginkan, atau malahan kita diprogram oleh lingkungan untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Ketika saya kecil banyak sekali program orang tua saya yang "dipaksakan" masuk tanpa proses tawar menawar. Pokoknya kamu harus melanjutkan sekolah dengan jurusan tertentu, di kampus tertentu bla bla bla....

Namanya juga masih muda, belum memiliki keberanian untuk berbeda secara frontal. Belum lagi kalau dihadapkan pada persoalan independensi ekonomi, orang tua bisa bersikap seperti sang raja karena mereka punya uang. Saya baru sadar bahwa minat saya selama ini adalah membantu sesama. Saya merasa senang apabila ada teman atau siapapun yang datang dengan muka sedih, murung, banyak persoalan kemudian ngobrol dengan saya selama 1-2 jam setelah itu dia kembali semangat meniti lembaran hidup ini. Ada rasa bahagia ketika orang lain bahagia dan terlepas dari belenggu kesulitan.

Mungkin Anda juga memiliki tujuan yang selama ini belum tercapai. Dan ketika usia sudah dewasa baru diketahui bahwa selama ini kita telah jauh dari sasaran-sasaran yang menjadi passion kita. Apakah keliru untuk mengubah jalan hidup ketika sudah dewasa? Tidak masalah, bahkan kita akan menemukan kebahagiaan yang hakiki bila bisa mencapai tujuan yang benar-benar kita inginkan.

Jangankan kita, manusia yang memiliki akal budi, kodok saja bisa mencapai keinginannya. Gali terus kekuatan diri kita untuk mencapai performa puncak. Sukses selalu. (ade asep syarifuddin)
Share on Google Plus

About Manusia Pembelajar

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Post a Comment