Mulai Lagi Merancang Masa Depan













BEBERAPA waktu yang lalu saya mencari karet pipih yang lumayan besar dengan panjang dan lebar mirip papan tulis. Tapi agak sulit juga mencarinya. Setelah sekian lama berputar-putar akhirnya ketemu juga walaupun bukan karet yang dimaksud. Saya menemukan styrofoam yang berbentuk white board lumayan lebar 2,5 meter x 1,20 meter. Lumayan besar untuk ditempel di dinding kamar. Saya membeli dua, satu untuk saya dan satu lagi untuk anak saya.

Untuk apa saya membeli semua itu? Ya.... untuk membuat perencanaan, tujuan, impian, dream, keinginan, dll. Di dinding punya anak saya ditulis dengan huruf besar-besar KARYAKU. Sementara di styrofoam punya saya ditulis PAPAN VISI. Saya begitu bergairah untuk menggarap semua itu. Dalam benak saya terbersit harapan bahwa hidup saya akan menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Sementara untuk anak saya, saya berharap dia bisa mencapai impian-impian jangka panjang maupun jangka pendeknya.

Apa yang saya tulis di Papan Visi itu? Ya... persis impian-impian yang selama ini ditulis di agenda dan diary yang sulit dilihat setiap saat dalam jangka waktu cukup lama. Sehingga tidak bisa menjadi pemacu maupun pemicu untuk bergerak lebih fokus. Godaan pikiran kan sangat banyak, kita tidak bisa menetapkan fokus dalam jangka waktu lama apabila tidak ada yang mengingatkan, apakah gambar, omongan, ancaman atau hal-hal yang cukup menyentak yang mengkondisikan pikiran apabila tidak dilakukan akan mendapatkan kerugian, rasa sakit, kekecewaan atau apapun bentuk rasa tidak enak di masa yang akan datang.

Saya mulai menulis satu per satu rancangan masa depan mulai dari tujuan tahunan, 3 tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 20 tahunan. Apakah terlalu panjang perencanaannya? Bagaimana kalau kita mati di tengah jalan? Mati emang menjadi sesuatu yang tidak bisa dielakkan. Tapi kalau kita merencanakan kematian di sela-sela Papan Visi tersebut, bisa jadi kita tidak akan melanjutkan rancangan tersebut. Kita harus siap mati kapan saja, tapi gak usah dibuat perencanaan secara tertulis. Paling bijak adalah, setiap hari kita mempersiapkan bekal yang lebih banyak untuk menyongsong kematian.

Saya mulai menulis tujuan-tujuan yang besar-besar. Untuk memudahkannya saya buat dalam beberapa kategori: Pertama tujuan-tujuan spiritual-keagamaan, kedua tujuan-tujuan finansial/keuangan, ketiga tujuan-tujuan bisnis/karier dan kepemimpinan, keempat tujuan-tujuan keluarga, kelima tujuan-tujuan pengembangan diri, keenam, tujuan-tujuan petualangan, ketujuh tujuan-tujuan kesehatan, kedelapan tujuan-tujuan sosial kemasyarakatan.

Untuk tujuan spiritual saya tulis sbb: mulai segala aktifitas dengan berdoa. Doa yang saya kutip dari Buku Adi W Gunawan adalah meminta kepada yang kuasa agar senantiasa mensucikan hati dalam berbagai niat, kedua menjernihkan pikiran dalam berbagai kondisi dan meminta untuk memudahkan jalan hidup apapun kondisi jalan tersebut.

Kemudian, tujuan-tujuan spiritual yang lebih kongkrit adalah; menjalankan ibadah di sepertiga malam terakhir secara rutin dan khusuk, menjalankan semua kewajiban secara ikhlas, naik haji ke tanah suci, mengkhatamkan al Quran setiap 3 bulan, menghafal ayat-ayat populer, belajar buku-buku keagamaan, dll.

Untuk tujuan kedua tujuan finansial/keuangan, saya tulis beberapa hal. Pertama, satu tahun dari sekarang atau lebih cepat lagi, saya memiliki deposito Rp 50 juta, kedua, tiga tahun dari sekarang atau lebih cepat lagi saya mempunyai deposito Rp 300 juta atau lebih, tiga tahun dari sekarang saya memiliki tanah seluas 1.000 meter atau lebih, lima tahun dari sekarang saya memiliki investasi saham Rp 500 juta atau lebih, selalu memiliki income yang tak terduga dan halal.

Tujuan bisnis dan karier dan kepemimpinan adalah, tiga tahun ke depan perusahaan yang saya pimpin menjadi market leader, laba yang diperoleh perusahaan saya meningkat 50% tiap tahunnya atau lebih besar lagi, saya memiliki tim yang sangat kompak, semangat yang tinggi dan memiliki fighting spirit handal, mental baja pantang menyerah, saya selalu berada dalam kondisi ideal untuk menarik peluang apapun dan selalu siap menjalankannya secara mudah dengan hasil luar biasa.

Tujuan keluarga; setiap liburan saya meluangkan waktu mengunjungi tempat-tempat yang nyaman, indah, sejuk, damai untuk melepas lelah, mendiskusikan segala hal untuk mencapai tujuan-tujuan lebih baik lagi, menjadwalkan untuk memberikan pendidikan yang positif bagi anak.

Tujuan pengembangan diri terdiri dari; meluangkan waktu untuk membaca 2 jam tiap hari, membeli buku-buku yang mendukung pengembangan diri, belajar Bahasa Inggris, menulis artikel rutin mingguan, menulis buku tahunan, mengikuti pelatihan NLP practitioner paling lambat satu tahun menatang dan dilanjutkan ke NLP master practitioner, mengikuti pelatihan hypnosis, hypnotherapy, multiple intelligences.

Tujuan-tujuan petualangan adalah: jalan-jalan ke tempat-tempat eksotis di seluruh Indonesia, tiga tahun yang akan datang atau lebih cepat jalan-jalan ke luar negeri seperti ke Jepang, Eropa, Amerika, Australia dll. Tujuan-tujuan kesehatan; terapi nafas setiap hari selama 30 menit, olahraga rutin seminggu sekali. Dan tujuan terakhir sosial kemasyarakatan adalah, menyumbang panti asuhan, dll.

Ketika saya menulis di Papan Visi tersebut ada passion yang sangat hebat untuk selalu
mewujudkan impian-impian tersebut. Dan dengan sendirinya manajemen waktu pun terkelola dengan rapi. Pikiran kita apabila diarahkan fokus tujuan yang lebih jelas akan mengikuti dengan sendirinya. Semoga impian-impian yang kita tulis bisa menjadi kenyataan yang bisa membawa kepada kebahagiaan hidup sekarang maupun yang akan datang. (ade asep syarifuddin)

*) Penulis GM Harian Radar Pekalongan.
Share on Google Plus

About Manusia Pembelajar

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Post a Comment