Positif atau Negatif ada di Kepala Kita
















Oleh Ade Asep Syarifuddin

PADA dasarnya segala sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan dan alam ini adalah netral, tidak ada makna sama sekali. Setiap manusia memberi makna kepada kejadian-kejadian tersebut sesuai dengan latar belakang informasi yang dimiliki masing-masing. Satu kejadian bisa dimaknai berbeda oleh dua kepala yang berbeda, yang satu bisa menilai baik, yang lain tidak mustahil menilai sebaliknya. Dua orang yang memandang sebuah gunung, yang satu dari arah selatan dan yang lainnya dari arah utara. Ketika mereka kembali ke tempat yang sama dan dimintai laporannya tentang gunung tersebut maka dipastikan laporannya akan berbeda. Mengapa? Inilah sudut pandang. Kadang-kadang orang memberikan arti kepada sesuatu sesuai dengan kepentingannya, padahal dia mengetahui ada arti lain yang berbeda, tapi dia memilih yang paling sesuai dengan yang dia inginkan.

Contoh lain, seorang suami berbicara kepada istrinya bahwa mulai bulan depan ia harus bekerja lebih keras lagi untuk meningkatkan kinerja perusahannya. Konsekuensinya, hari-hari libur yang sudah dijadwalkan bisa jadi tidak bisa libur karena banyaknya pekerjaan tadi. Mendengar informasi it, sang istri spontan merengut dan protes mengapa hari libur malah kerja, yang biasanya rekreasi atau jalan-jalan akhirnya hanya tinggal di rumah. Sang suami kemudian melanjutkan, bahwa dari kerja lembur tersebut, ia mendapatkan uang lembur tambahan sebesar 5% dari gaji setiap harinya. Spontan wajah istri yang tadi cemberut menjadi berbinar-binar dan ia mengatakan daftar barang-barang yang akan dibeli apabila ada uang tambahan. Secepat itukah sang istri berubah pikiran? Ya itulah manusia, satu tema pembicaraan bisa memunculkan suatu respons tertentu, dan seketika juga bisa berubah respons apabila tema pembicaraan dialihkan.

Dengan demikian, satu persoalan bisa dimaknai dengan bermacam-macam arti baik yang positif maupun yang negatif. Usaha kita sekarang ini adalah, bagaimana caranya agar segala sesuatu yang terjadi pada kita selalu dimaknai dengan sesuatu yang positif apapun kejadiannya. Suatu hari hujan deras turun dan ternyata genting di atas rumah pecah dan bocor. Airnya ke mana-mana masuk ke dalam rumah. Bagi si pemikiran sempit mungkin akan marah-marah, mengumpat dan mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh. Tapi bagi si pemikir positif setelah reda akan naik ke atas genting dan berpikiran, untung hanya satu genting yang pecah, kalau lebih dari satu, rumahnya sudah menjadi tempat air terjun karena air hujan yang cukup deras masuk ke dalam rumahnya. Kata-kata untung ....., kalau terjadi.... maka resiko yang akan terjadi jauh lebih besar, ini biasanya berlaku dalam filosofi Jawa. Awal-awal mendengar orang yang selalu mengatakan untung dalam berbagai peristiwa yang tidak mengenakkan, kita berpikir orang itu selalu pasrah terhadap nasib. Namun itulah sebenarnya yang mesti diungkapkan oleh kita kalau hidup ini ingin bahagia. Sudut pandang yang negatif apapun alasannya sama sekali tidak menguntungkan baik bagi yang memikirkannya maupun bagi yang mendengarkannya.

Manfaat lain bagi orang yang selalu memiliki sudut pandang positif, bagi yang memiliki jiwa entreprenerur maka segala hal yang terjadi di depan mata akan menjadi peluang bisnis yang mengesankan. Contoh, dengan macetnya kota Jakarta di berbagai tempat, muncul bisnis delivery order terutama untuk makan siang bagi para karyawan yang bekerja di gedung-gedung yang tinggi. Pukul 10 pagi pesanan sudah disampaikan lewat Hot line, dan pada pukul 12.30 makanan sudah ada di tempat. Untuk turun ke luar mencari warung makan, dipastikan akan terjebak macet dan kembali cukup terlambat. Namun walaupun banyak kesempatan muncul di depan mata, masih banyak orang yang berpendapat sulit untuk melihat segala peluang yang ada di depan mata. Untuk memaknai segala sesuatu yang terjadi menjadi positif, adalah bertanya apa yang bisa menjadi manfaat dari kejadian yang datang kepada kita. Bila setiap hal menemukan aspek manfaatnya, maka kita akan senantiasa memiliki sudut pandang positif. Lupakan segala dampak negatif dari peristiwa yang terjadi tadi. Cukup sederhana kan?

Bila kita sudah memiliki kemampuan untuk memilih dan memberi makna positif kepada sesuatu yang terjadi, maka untuk mencapai tujuan yang diinginkan sangat mudah. Dengan kata lain, orang yang memiliki watak positif thinking tingkat kesuksesannya jauh lebih tinggi ketimbang yang negatif thinking Mengapa demikian? Wajar saja karena yang dipikirkannya selalu yang baik-baik saja, rencana baik, pikiran baik, berbicara baik, respon baik dll. Emosinya sangat stabil menghadapi berbagai peristiwa yang beragam. (*)

*) Penulis GM Harian Radar Pekalongan.
Share on Google Plus

About Manusia Pembelajar

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Post a Comment