Susahnya Mengubah Kebiasaan

Oleh Ade Asep Syarifuddin

PERNAH melihat anak yang susah bangun pagi? Atau kita sendiri susah bangun pagi? Kemudian keesokan harinya kita berniat untuk bangun lebih awal, tapi tidak berhasil dan tetap bangun kesiangan? Itulah  namanya kebiasaan. Kalau sudah berulang-ulang dilakukan sulit untuk diubah. Bukan tidak bisa diubah, namun perlu kerja ekstra untuk mengubahnya. Kalau hanya ditegur biasa-biasa saja tidak akan terjadi perubahan.

Saya pernah melakukan simulasi sederhana kepada teman-teman. Bagaimana cara mereka memakai baju dan jaket yang dikenakan. Apakah memasukan tangan kanan dulu atau tangan kiri dulu. Seseorang yang ditest memiliki kebiasaan memasukan tangan kiri dulu ke jaketnya. Saya suruh lepas jaketnya kemudian harus tangan kanan terlebih dahulu yang masuk. Kebetulan jaket yang dia kenakan street alias pas badan. Dan sampai menit ke lima dia tidak berhasil memasukan tangan kanannya. Melihat kesulitan tersebut saya suruh memasukan tangan kiri terlebih dahulu dan dalam waktu 10 detik jaket itu sudah kembali rapi di badannya.

Setelah itu saya ganti kepada kebiasaan-kebiasaan yang lain. Rata-rata, pekerjaan yang sudah biasa dilakukan, membutuhkan waktu jauh lebih cepat ketimbang yang tidak biasa. Sementara yang tidak biasa dilakukan membutuhkan waktu 3-5 kali lipat ketimbang pekerjaan yang biasa dilakukan. Teman yang lain bahkan mencoba untuk mengenakan celana panjang di rumahnya, yang biasanya kaki kanan dulu diubah menjadi kaki kiri dulu. Dan tidak berhasil, malahan terjatuh ke lantai.

Begitu sulitkah mengubah kebiasaan? Bagaimana kalau kebiasaan yang kita lakukan adalah kebiasaan buruk? Akan sulit jugakah untuk diubah? Ya betul tidak mudah untuk mengubah kebiasaan. Kebiasaan merokok juga sama, awal merokok lidah akan terasa tidak nyaman, pahit, mual, batuk bahkan muntah-muntah. Tapi kalau terus menerus dilakukan akan terasa nikmat, dan sangat sulit untuk menghentikannya.

Kalau demikian jadinya, masih bisakah kebiasaan yang kita lakukan untuk diubah? Masih. Masih bisa. Asalkan mau dan memiliki kesungguhan dan ada kontrol yang jelas serta sanksi yang keras. Kalau mengubah kebiasaan dari bangun kesiangan ke bangun pagi langkah-langkahnya adalah, ada niat, tidur jangan terlalu larut, ada beker, minta teman membangunkan dan yang paling ekstrim, siramkan air kalau susah dibangunkan dengan catatan kita yang menyuruh dan tidak akan marah.

Setelah satu hari berhasil bangun pagi, jangan bangga dulu. Lakukan hal tersebut sampai 7 hari. Setelah 7 hari lakukan lagi sampai 21 hari dan terakhir sampai 40 hari. Kalau sudah 40 hari kita melakukan kebiasaan baru, kita bisa mengatakan bahwa kebiasaan tersebut telah menjadi identitas kita. Walaupun demikian, kita akan mudah terjatuh pada kebiasaan yang buruk hanya karena kita lalai dan tidak kontrol terhadap keputusan-keputusan kita sehari-hari.

Mengubah kebiasaan membutuhkan bantuan dan kontrol orang lain. Tanpa orang lain maka kita akan jatuh pada kalimat, "Gini juga gak papa kok." Kalau prinsipnya sudah seperti itu, maka tidak akan ada perubahan. Padahal fitrahnya manusia itu harus terus menerus berubah ke arah yang lebih baik. Dunia berubah, orang lain berubah, matahari bergerak, bulan bergerak, bintang bergerak, bumi bergerak, manusia harus bergerak dan berubah.

Publik komitmen pun cukup bagus untuk mengubah kebiasaan. Ngomonglah di depan forum tentang rencana-rencana kita sendiri akan melakukan apa dalam waktu satu bulan ke depan. Dan setelah sebulan ke depan kalau berhasil maka akan diberi reward apa (hadiah untuk diri sendiri) dan kalau tidak berhasil akan diberi sanksi apa. Sudah tentu daripada menanggung malu karena kita berkoar-koar melakukan sesuatu tapi tidak terwujud, kita akan berusaha mati-matian untuk merealisasikannya. Bisa dicoba? (*)

*) Penulis GM Harian Radar Pekalongan
Share on Google Plus

About Manusia Pembelajar

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Post a Comment