Menelusuri Terjalnya Medan Perjalanan ke Objek Wisata Dieng via Bandar, Kiri Kanan Hutan, Kecepatan Maksimal 40 km/jam, Jarak Pandang 10 Meter


FOTO: ASEP
INDAH - Bentang alam perjalanan menuju Dieng via Bandar Minggu (7/2) sungguh indah.


MINGGU (7/2) lalu saya mencoba menempuh perjalanan ke Dieng melewati Bandar. Ini kali pertama saya mencobanya. Tidak banyak cerita orang ke Dieng via Bandar. Yang paling sering diceritakan adalah via Linggo Asri-Kalibening-Dieng. Beberapa bulan lalu saya pernah menempuh perjalanan ke Wonosobo via Linggo Asri sampai  Kalibening. Tapi saya harus tersesat belok kanan sebelum Pasar Kalibening dan menempuh rute off road yang jarang dilalui kendaraan.

A. ASEP SYARIFUDDIN, BANDAR

TEPAT pukul 10.30 saya ditemani keluarga keluar dari rumah. Saya penasaran menuju Dieng-Banjarnegara dengan waktu tempuh yang paling singkat. Beberapa minggu sebelumnya teman-teman di kantor merencanakan pergi menggunakan rute yang sama. Namun gagal total, tidak jadi berangkat karena hanya diikuti oleh 3 orang.

Teman saya yang paling faham rute tersebut adalah Endro. Dia adalah marketing iklan di kantor saya. Saya kontak dia untuk bertanya beberapa hal. Terutama waktu tempuh, speed perjalanan kendaraan, lebar jalan, kondisi jalan, kondisi cuaca, kondisi medan kiri dan kanan jalan. Jawaban Endro ketika saya telepon terkesan menakut-nakuti. Beberapa ruas jalan sudah cukup bagus ada jalan aspal dan jalan cor-coran. Terutama jalan yang masih dekat dengan Bandar melalui jalan via Pondok Modern Tazakka.

Lebar jalan sekitar 5 meter. Kalau ada kendaraan roda empat berpapasan salah satunya harus berhenti. Menjelang keluar dari Bandar kabut pasti keluar dan menghalangi jarak pandang. Sementara di beberapa ruas ada tikungan "maut", tanjakan sambil berbelok 90 derajat jalan sempit diiringi turun hujan. Setelah mendengar penjelasan dari Endro, saya hanya bilang ke dia, saya pernah melewati medan yang lebih berat ketika melewati Banjarnegara dari Kalibening.

Dengan penuh rasa penasaran, saya memulai perjalanan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim. Saya berdoa, apapun kondisi perjalanan diberikan keselamatan pulang pergi. Setelah sampai di lokasi, siap menginap dan juga siap untuk pulang kembali.

Jalan Bandar via PM Tazakka sangat mulus. Namun setengah jam setelah itu baru terlihat jalan cor-coran semen. Masih nyaman untuk dilalui walaupun harus tetap hati-hati. Saya melihat spidometer, kecepatan hanya berkisar pada 20-40 km per jam. Jika lebih cepat dari itu, kasihan kendaraannya. 45 menit lepas Bandar, cuaca mulai berkabut. Jarak pandang hanya 10 meter. Ditambah teksture jalan yang mulai berbatu harus ekstra hati-hati.

Sementara pengguna jalan yang lain pun nyaris tidak terlihat. Kadang ada mobil yang berpapasan, itu pun harus menunggu sampai 10 menit. Setelah itu tidak ada lagi. Yang banyak hanya sepeda motor yang pakai kopling dan gigi. Motor matic agak kerepotan kalau harus naik tanjakan dengan sudut sekitar 45 derajat. Tidak jarang juga ada sepeda motor yang dituntun. Temannya yang digonceng harus turun. Saya tidak sempat bertanya apakah bannya kempes, atau kehabisan bahan bakar, atau tidak kuat menaiki tanjakan terjal.

Namun kondisi itu bisa terobati di satu tikungan. Saya melihat bentang alam yang sangat luas dan indah. Saya memutuskan untuk berhenti, tidak mau meninggalkan begitu saja keindahan alam tersebut dan berfoto-foto. Perjalanan yang menegangkan tersebut lumayan terobati dengan keindahan alam yang tidak bisa saya lihat dalam keseharian. (bersambung)
Share on Google Plus

About Manusia Pembelajar

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Post a Comment