Menelusuri Terjalnya Medan Perjalanan ke Objek Wisata Dieng via Bandar. Pengunjung Bisa Pesan Telur Rebus yang Dimasak di Atas Kawah Sikidang yang Panas Bergolak

KAWAH SIKIDANG - Kawah Sikidang mengeluarkan panas bumi dan asap tebal.

Objek wisata lain yang saya tuju adalah kawah Sikidang. Dari kompleks Candi Arjuna keluar menuju jalur Dieng-Banjarnegara kemudian bertemu tikungan ke arah kiri yang pertama. Dari sana perjalanan sekitar 30 menit menyusuri bibir tebing pegunungan. Kendaraan harus ekstra hati-hati ketika berpapasan dengan kendaraan lain terutama mobil. Selain licin, lebar jalan pun tidak terlalu besar.


A. ASEP SYARIFUDDIN, DIENG

MENJELANG masuk pintu gerbang kawah Sikidang, saya dicegat beberapa kelompok orang yang menjual masker. Maskernya Pak, 1 buah Rp 2.000 untuk menutup hidung. Baunya sangat menyengat di area kawah," demikian tutur salah seorang penjual masker. Saya pun membeli lima, satu untuk saya, dan 2 untuk istri dan anak dan 2 untuk cadangan kalau-kalau masker basah atau terjatuh.
Dari pintu gerbang petugas menjual tiket masuk sekitar 5 menit sudah tiba di area Kawah Sikidang. Kendaraan parkir sudah memenuhi area yang ada. Sebelum turun dari kendaraan saya sudah memasang masker walaupun tidak terlalu rapat. Bau khas kawah sudah mulai tercium. Bisa dibayangkan, kalau tidak memakai masker, mungkin sudah tidak tahan berlama-lama di lokasi tersebut.

Untuk masuk dan keluar ke area kawah, pengunjung masuk ke pasar oleh-oleh. Biasanya belanja ketika keluar. Ada beberapa titik kawah yang terlihat mengepulkan asap. Dan lokasi kawah yang paling besar harus berjalan lebih dahulu sepanjang 1 km. Di kiri jalan menuju kawah para pedagang menjual makanan siap santap. Ada kentang rebus yang ditaburi saos dan cabai bubuk. Kentang rebus lumayan untuk menghangatkan perut. Cuaca saat itu masih hujan walaupun gerimis. Jaket plastik dan payung harus terus dikenakan, belum bisa disimpan.

Tiba di kawah utama, saya penasaran ingin melihat lebih dekat. Kawah tersebut berbentuk lingkaran, entah diameternya berapa. Saya menduga diameternya sekitar 20 meter. Airnya bergolak seperti air rebusan di atas tungku, asap yang dikeluarkan pun cukup tebal. Bau belerang sangat menyengat. Di sekeliling kawah dipasang pagar pengaman agar pengunjung tidak tercebur ke dalam kawah. Pagar tersebut berjarak 2 meter dari bibir kawah.

Namun ada petugas yang berada di dalam pagar yang mondar-mandir. Terlihat ada kayu panjang sebesar kayu pancingan, ujung kayu tersebut teruntai tali. Saya agak heran, apakah orang ini sedang memancing. Sangat tidak mungkin ikan tumbuh di kawah yang sangat panas. Tak lama kemudian salah satu kayu yang mirip pancing tersebut diangkat. Di ujung talinya ada telur. Petugas tersebut berkata, bahwa telurnya sudah matang. Ternyata oh ternyata kita bisa merebus telur di atas kawah tersebut.

Saya menyempatkan berfoto di sana. Karena hari sudah sore, walaupun belum puas, saya memutuskan untuk meninggalkan kawah yang dikelilingi pegunungan yang indah tersebut. Di pintu keluar menyempatkan diri membeli oleh-oleh khas Dieng Carica. Carica ini hanya tumbuh di dataran tinggi Dieng. Di tempat lain tidak bisa tumbuh.

Waktu menunjukkan pukul 16.30. Saya memutuskan untuk pulang ke jalan yang dilalui sebelumnya. Ada rasa takut melewati jalan tersebut di hari yang gelap. Siang hari saja kabut sudah turun, jarak pandang hanya 10 meter. Apalagi sore menjelang petang. Tapi rasa takut itu hilang dengan rasa nekat. Apapun yang terjadi dihadapi saja sambil berserah diri kepada Sang Maha Pencipta. Alhamdulillah tiba di rumah pukul 19.00. Perjalanan yang singkat tapi sangat mengesankan. Saya masih penasaran menelusuri objek-objek wisata lainnya yang masih banyak. Terutama Dataran tinggi Sikunir, di sana bisa lihat sunrise kalau cuaca pagi cerah. Siapa mau coba? Uji nyalimu kawan.... (habis)



Share on Google Plus

About Manusia Pembelajar

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Post a Comment