Sukses itu Berawal dari Langkah Pertama

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnkhRYiqs7JfPUw_uB8Pj7F77Hk_me72EoyD5pPI1OC43XtmfTteF7_8Chnk2GKvXTscUq-UyynwPOICkYjuou7GFgDkoi1VGLIJY26VtUrpnlSXR6vTGVlXDkW20Zk71durN72yC_9zxn/s1600/StartUp-to-Success.jpg
Oleh Ade Asep Syarifuddin

TEMAN saya berdecak kagum pada sosok pengusaha besar dari kampungnya. Usianya relatif masih muda namun sudah berada dalam pencapaian yang tidak terjadi pada kebanyakan orang. Iseng-iseng teman saya bertanya kepada pengusaha muda yang rendah hati tersebut.
"Mas, apa rahasia utama Anda sampai menjadi pengusaha sukses?"
Dengan nada yang, jauh dari kesan sombong, pengusaha muda tersebut menjawab dengan singkat.
"Tentukan tujuan dan mulailah dengan langkah pertama dan lanjutkan dengan langkah-langkah berikutnya. Jangan ada satu orang pun yang bisa menghentikan langkah tersebut dengan alasan apapun, sampai tiba di tempat tujuan."
"Apakah ada rahasia lainnya?" tambah teman saya.
"Rahasia utamanya hanya satu itu, tidak ada rahasia utama lainnya. Kalau persiapan lainnya tidak jauh beda dengan orang-orang kebanyakan," tambah pengusaha muda itu lagi.

Sudah berapa jauh kita melangkah? Sudah langkah yang ke berapa? Apakah kita sempat berhenti melangkah karena ragu-ragu terhadap pilihan yang kita putuskan? Atau kita terlalu banyak berhenti melangkah dan selalu kembali lagi ke langkah pertama. ATau bisa jadi kita tidak memiliki tujuan yang pasti hendak ke mana kita pergi. Dipastikan banyak di antara kita yang tidak tahu atau bahkan tidak sadar kita sudah melangkah berapa jauh. Tidak heran kalau banyak juga di antara kita yang malas atau tidak bersemangat dalam hidup ini.

Apakah kita masih banyak melihat orang-orang di sekitar kita yang tidak memiliki semangat? Malas? Malas itu bukanlah penyebab, yang menjadi akar malas adalah karena seseorang tidak memiliki tujuan yang pasti. Coba saja tanya orang yang terlihat selalu santai setiap hari, bangun selalu kesiangan, tidur selalu malam-malam. Apakah mereka memiliki tujuan yang spesifik? Bisa dipastikan mereka tidak memiliki tujuan yang jelas, mau ke arah mana hidup ini diarahkan.

Lihatlah semangat para pemanah, perhatikan semangat para peserta lomba menembak. Mereka memiliki tujuan dan titik yang jelas untuk mengarahkan anak panah dan peluru. Kadang-kadang meleset, namun dicoba lagi dan dicoba lagi berkali-kali. Sampai akhirnya bisa tepat sasaran sesuai dengan harapan. Coba kalau pemanah dan penembak tidak memiliki sasaran pasti akan diarahkan ke mana-mana. Bisa jadi sasarannya bukan titik yang diinginkan.

Kebanyakan di antara kita terutama para pemimpin, apakah di satu perusahaan atau lembaga dan organisasi lainnya, memiliki keyakinan bahwa karyawan itu mengetahui apa yang diinginkan oleh perusahaan. Jelas itu persepsi yang tidak terlalu tepat. Ajari langkah pertama bagaimana melakukan pekerjaan yang diinginkan oleh perusahaan setelah selesai ajari lagi langkah kedua, ketiga, keempat dsb. Jangan sampai saling menunggu. Pemimpin menunggu langkah anak buah agar melangkah sesuai keinginannya, sementara anak buah menunggu perintah pimpinan.

Coba perhatikan para pelajar yang berbaris berkelompok baik pramuka maupun paskibra. Ketika belum ada komando, maka barisan tidak akan berani untuk bergerak. Bisa jadi mereka takut salah kalau bergerak sendiri. Oleh karenanya, yang mengambil inisiatif untuk membuat barisan tersebut bergerak adalah komandannya. Siap grak.... hadap kanan grak... hadap kiri grak... balik kanan grak... dll. Ketika diberi aba-aba oleh komandannya pun belum tentu bisa betul dalam gerakannya.

Ada yang beralasan lupa atau yang lebih banyak adalah perbedaan persepsi.Untuk menghindari perbedaan persepsi, terangkan secara detil kepada kelompok, kemudian setiap orang ditanya kembali dan diminta untuk bicara mengulangi kata-kata komandannya. Ketika mereka menjawab, dipastikan akan bervariasi jawabannya. Ini kepentingan menyamakan persepsi secara terus menerus. Masih ingatkan ketika kita berbaris jalan di tempat. Bagaimana komandan memberikan aba-aba ketika akan maju? Komandan akan memberi aba-aba, Maju.... jalan.... dan "maju jalan" itu jatuh pada ketukan kaki kiri. Kemudian ada jeda kaki kanan masih jalan di tempat dan kaki kiri berikutnya kaki sudah maju. Cukup rumit, tapi itulah kesepakatan dalam melakukan sesuatu dalam sebuah kelompok.

Kembali pada tema di atas. Nampaknya tidak fair kalau melihat keberhasilan seseorang hanya dari hasil yang terlihat sekarang. Tanya kapan dia mulai langkah pertama, apa yang membuat dia membuat keputusan untuk melangkah, apa hambatan ketika sudah melangkah dan mengapa terus melangkah walaupun ada banyak hambatan. Saya punya keyakinan, kalau seseorang memulai usaha yang sama, dengan cara yang sama, dengan semangat yang sama, ketika menghadapi persoalan bangkit kembali pasti hasil yang akan diperoleh pun tidak akan jauh berbeda. Sebaliknya, kalau langkahnya saja sudah berbeda, ketika menghadapi persoalan solusinya berbeda, hasilnya dipastikan akan jauh berbeda.

Mulai melangkah... terus melangkah sampai pada titik tujuan yang kita tetapkan. Sukses slalu sahabat....

*) Penulis GM Harian Radar Pekalongan.
Share on Google Plus

About Manusia Pembelajar

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Post a Comment