Memulai Lagi Memasuki Keheningan

ENTAH sudah berapa lama saya tidak bersentuhan lagi dengan heningnya malam, damainya jiwa, bahagianya hati berdekatan dengan Sang Ilahi Robbi. Mungkin tidak kurang dari 10 bulan malam-malam yang damai itu ditinggalkan begitu saja. Tidak enak emang, hati rasanya kering, selalu resah dan gelisah dengan sebab-sebab yang tidak jelas.

Semakin hari perasaan yang tidak nyaman itu semakin mengganggu. Berkali-kali mencoba untuk tenang, tapi tidak juga diperoleh. Wah... ada apa ini sebenarnya. Sekeliling saya terlihat negatif semua. Mungkin ini yang dijadikan salah satu prinsip dalam NLP (Neuro Linguistic Progamming) sebagai reframing (persepsi dalam satu kejadian). Bukan kejadiannya itu sendiri yang menjadi masalah, tapi diri kitalah masalahnya.

Artinya, kalau diri kita baik-baik saja, positif thinking dan positif feeling maka apapun yang kita hadapi, enak atau tidak enak dipastikan akan terasa enak. Sampai di sini saya teringat kepada bacaan-bacaan yang pernah saya kaji, bahwa inti dari kehidupan ini adalah mengelola hati dan pikiran. Pikiran harus senantiasa dikontrol oleh kesadaran yang posisinya berada di hati.

Sampai pada suatu saat saya benar-benar ingin "menghabisi" perasaan resah dan gelisah tadi. Saya coba akses ke masa lalu dalam kondisi badan dan pikiran yang rileks. Perasaan bahagia dan damai itu pernah saya alami. Dan ternyata hal itu terjadi ketika terjaga dari tidur di sepertiga malam mau berakhir. Aha .... Mungkin ini jawabannya.

Tidak menunggu beberapa hari lagi malam itu tatkala mau tidur saya ambil air wudlu shalat sunah 2 rakaat dan diniatkan untuk terjaga di kegelapan malam, di tengah samudera keberkahan, di jagat kenikmatan spiritual, menyelami relung-relung jiwa. Tepat pukul 3 pagi mata ini bak diprogram untuk terjaga.

Semuanya tersenyum, air tersenyum karena senang dijadikan air wudlu, ruangan remang-remang tersenyum menyambut hamba yang mau bersujud, sajadah pun tersenyum setelah melakukan penantian yang cukup lama untuk memenuhi tetesan air mata taubat dan sentuhan takzim jidat ketaatan.

Semuanya senang, semuanya gembira, semuanya bahagia. Jengkrik dan binatang malam lainnya bertasbih, bershalawat, menggema di alam jagat raya disaksikan galaksi bima sakti. Bintang kerlap-kerlip di langit pun menjadi saksi atas doa-doa yang dipanjatkan.

Semakin masuk ke dalam, semakin tak tertahankan untuk berjumpa dengan Sang kekasih, semakin rindu, semakin erat memeluk Sang Maha Suci. Semuanya dicurahkan sampai habis kata. Tidak ada yang tersisa. Menyadari diri menjadi hamba yang durhaka, selalu berbuat dosa, selalu berpikir dan berburuk sangka.

Kini saya sadar sesadar-sadarnya bahwa semua yang terjadi dan semua yang dialami adalah sesuatu yang terbaik untuk saya. Walaupun bisa jadi sesuatu itu terasa tidak enak, terasa menyesakkan, terasa pahit dan terasa menyakitkan. Yang terbaik menurut kita, belum tentu terbaik untuk kita. Demikian pepatah mengatakan. Tetapi yang terjadi pada kita adalah sesuatu yang terbaik untuk kita selagi kita memberikan makna positif terhadap segala apapun yang terjadi.

Ini tahajud cinta, tahajud ikhlas, tahajud ketulusan. Datang dengan membawa kepasrahan. Semakin lama bersujud semakin damai hati dan rasa ini. Mungkinkah Sang Maha Pencipta selalu memberikan perasaan ini kapan pun dan di mana pun? Itulah harapan yang selalu dipanjatkan. Jawabannya Tuhan akan sangat dekat kalau kita mendekat, dan Tuhan pun akan menjauh seiring dengan menjauhnya diri kita.

Kitalah yang menentukan apakah Tuhan bakal dekat atau tidak. Sejatinya Tuhan tetap dekat walapun kita menjauh, apalagi kalau kita mendekat, Tuhan sangat dekat dengan kita. Perasaan dan dugaan kitalah yang bakal menjadi kenyataan.

Ya Allah...
berikanlah kekuatan untuk selalu dekat dengan Mu
Berikanlah petunjuk agar aku selalu memiliki niat yang lurus
Niat untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah Kau turunkan
Tunjukkanlah kami jalan yang lurus
Jalan yang bisa membahagiakan diri kami, keluarga kami dan

saudara-saudara kami
Jadikanlah kami hamba yang pandai bersyukur
Jadikanlah kami hamba yang selalu bertaubat
Jadikanlah kami hamba yang senantiasa mencari ridha dan kasih sayangmu

Amin ya robbal alamin. (Ade Asep Syarifuddin) 
Share on Google Plus

About Manusia Pembelajar

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :

Post a Comment